Hari raya idul fitri adalah hari raya yang ditunggu-tunggu oleh ummat Islam
setelah mereka menjalankan shaum Ramadhan dan qiyam (sholat tarawih dan witir)
selama sebulan penuh. Pada hari raya ini Allah SWT mensyariatkan untuk
mendirikan sholat idul fitri, baik di masjid, tanah lapang atau tempat terbuka
lainnya. Rasulullah SAW bahkan menganjurkan agar shalat hari raya digelar di
tanah lapang untuk menampung lebih banyak jamaah dan agar mereka dapat
merasakan kebesaran Islam.
Lalu...bagaimana seharusnya kita menyambut Idul Fitri ini. Berikut ini ada
beberpa hal yang dapat dilakukan:
Pertama, Memperbanyak Takbir
… Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur. (Al-Baqarah (2): 185)
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar hendak shalat pada hari
raya ‘Idul Fithri, lantas beliau bertakbir sampai di lapangan dan sampai shalat
hendak dilaksanakan. Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari
bertakbir.”[HR Ibnu Syaibah] Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat
ini shahih.
Ibnu ‘Umar meriwayatkan, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah berangkat shalat ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) bersama Al
Fadhl bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin’Abbas, ‘Ali, Ja’far, Al Hasan, Al Husain,
Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Ayman bin Ummi Ayman, mereka mengangkat
suara membaca tahlil (laa ilaha illallah) dan takbir (Allahu Akbar).”[
Dikeluarkan oleh Al Baihaqi (3/279). Hadits ini hasan. Lihat Al Irwa’ (3/123)]
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ia apabila pergi ke tanah lapang di pagi
hari ‘Id. Ia bertakbir dengan mengeraskan suara takbirnya. (HR.
Asy-Syafi’i)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwasanya ia apabila pergi ke tempat shalat
pada pagi hari Idul Fitri ketika matahari terbit, ia bertakbir hingga sampai ke
tempat shalat pada hari ’Id, kemudian di tempat shalat itu ia bertakbir
pula, sehingga apabila imam telah duduk, ia berhenti takbir. (HR.
Asy-Syafi’i)
Kedua, Dianjurkan untuk mandi sebelum berangkat shalat.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Terdapat riwayat yang shahih yang menceritakan
bahwa Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat mencontoh ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam biasa mandi pada hari ‘ied sebelum berangkat shalat.”[ Zaadul Ma’ad
fii Hadyi Khoiril ‘Ibad, 1/425]
Ketiga, Berhias dengan Memakai Pakaian Bagus dan Wangi-wangian
Orang yang menghadiri shalat Idul Fitri baik laki-laki maupun perempuan
dituntunkan agar berpenampilan rapi, yaitu dengan berhias, memakai pakaian
bagus (tidak harus mahal, yang penting rapi dan bersih) dan wangi-wangian
sewajarnya.
Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad dari ayahnya dari kakeknya, bahwa
Nabi saw selalu memakai wool (Burda) bercorak (buatan Yaman) pada setiap
‘Id (HR. Asy-Syafi’i dalam kitabnya Musnad asy-Syafi’i)
Diriwayatkan dari Zaid bin al-Hasan bin Ali dari ayahnya ia mengatakan:
kami diperintahkan oleh Rasulullah saw pada dua hari raya (Idul Fitri dan Idul
Adha) untuk memakai pakaian kami terbaik yang ada, memakai wangi-wangian
terbaik yang ada, dan menyembelih binatang kurban tergemuk yang ada (sapi untuk
tujuh orang dan unta untuk sepuluh orang) dan supaya kami menampakkan keagungan
Allah, ketenangan dan kekhidmatan (HR. Al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak,
IV: 256)
Keempat, Makan Sebelum Berangkat Shalat Idul Fitri
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ia berkata: adalah Rasulullah saw tidak
pergi ke shalat Idul Fitri sebelum beliau makan beberapa kurma (HR.
Al-Bukhari)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya (yaitu Buraidah bin
al-Husaib) ia berkata: Rasulullah saw pada hari Idul Fitri tidak keluar sebelum
makan, dan pada hari Idul Adha tidak makan sehingga selesai shalat (HR.
At-Tirmizi)
Kelima, Dianjurkan Berangkat dengan Berjalan Kaki dan Pulang Melalui Jalan Lain
Dari Ibnu ‘Umar, beliau mengatakan, artinya: “Dari ‘Ali r.a. (diriwayatkan
bahwa) ia berkata: Termasuk sunnah Nabi, pergi ke tempat shalat ‘Id dengan
berjalan kaki dan makan sedikit sebelum keluar.” [HR at- Tirmidzi]
Dalam riwayat lain disebutkan:“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
biasa berangkat shalat ‘ied dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang
dengan berjalan kaki (HR Ibnu Majah) Menurut al-Albani: Hasan
Dari Abu Hurairah r.a, beliau mengatakan, artinya: “Rasulullah saw
apabila keluar ke tempat shalat dua Hari Raya, pulangnya selalu mengambil jalan
lain dari ketika beliau keluar.” [HR. Ahmad dan Muslim].
Keenam, Dalil atau Dasar Hukum tentang Sholat Idul Fitri
Dikutip dari muhammadiyah.co.id, berikut ini beberapa dasar hukum yang
berkaitan dengan idul fitri:
- Jika tidak ada halangan, salat Id sebaiknya di lapangan. Berdasarkan hadis riwayat Abu Sa’id al Hudriy: “Bahwa Rasul saw keluar pada hari raya idul fitri dan adha ke al-Mushala (tanah lapang). Hal pertama yang dilakukan adalah salat. Setelah selesai beliau berdiri menghadap para jamaah, sementara mereka duduk bersaf, lalu beliau memberi nasihat, berwasiat dan memerintah mereka. Apabila beliau hendak berhenti, maka berhenti dan bila memerintah sesuatu, maka langsung memerintahkannya, kemudian selesai.” (HR. Bukhari).
- Salat Idul Fitri dikerjakan tanpa seruan adzan dan iqamat; Berdasarkan hadis riwayat Jabir bin ‘Abdullah: “Tidak ada adzan ketika (salat) Idul Fitri dan juga idul adha. Lalu setelah sesaat aku tanyakan masalah itu. Dia memberitahuku bahwa Jabir bin Abdullah al-Anshari berkata bahwasanya tidak ada adzan untuk salat idul fitri ketika imam datang dan tidak pula ada iqamah, tidak ada seruan apapun dan waktu itu tidak ajakan dan tidak pula iqamah.” (HR. Bukhari).
- Tidak disyariatkan salat sunah, baik sebelum maupun sesudah salat Idul Fitri. Berdasarkan Hadis riwayat Ibnu Abbas: “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi saw salat dua rekaat pada hari raya idul fitri. Beliau tidak salat sebelumnya dan tidak pula setelahnya. Kemudian beliau mendatangi para wanita bersama Bilal, lalu memerintah mereka bersedekah.” (HR. Bukhari).
- Hendaklah dipasang sutrah (pembatas) di depan imam salat. Berdasarkan hadis riwayat Nafi’ dari Ibnu ‘Umar: “Bahwa Rasulullah saw apabila keluar pada hari ‘Id, beliau memerintahkan untuk meletakkan tombak di depannya, kemudian beliau salat dan orangorang berada di belakangnya, dan ia melakukan hal tersebut dalam safar (salat shafar).” (HR. Bukhari).
- Salat Idul Fitri dan Idul Adha dilaksanakan sebanyak 2 rakaat, dengan cara bertakbir tujuh (7) kali pada rakaat pertama dan lima (5) kali takbir pada rakaat kedua. Dan tidak ada bacaanbacaan tertentu yang dituntunkan Nabi saw di sela-sela takbir-takbir tersebut. Berdasarkan hadis riwayat Katsiir bin ‘Abdillah: “Bahwa Nabi saw pada salat dua hari raya bertakbir tujuh kali untuk rekaat pertama sebelum membaca (al-fatihah) dan bertakbir lima kali pada rekaat kedua juga sebelum membacanya.” (HR. Tirmidzi).
- Imam salat disunnahlan membaca surat al-A’la pada rakaat pertama dan al-Ghasyiyah pada rakaat kedua atau Qaf wal Quranil Majid (surat Qaf) pada rakaat pertama dan Iqtarabatis Saa’ah (al-Qamar) pada rakaat kedua. Berdasarkan hadis riwayat Ibnu ‘Abbas: “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi saw pada salat dua hari raya membaca Sabbihisma Rabbiukal A’la dan Hal Ataku Hadisul Ghasyiyah.” (HR. Ibnu Majah).
- Sesudah mengerjakan salat, dilanjutkan dengan penyampaian khutbah ‘Id,
yang berisikan nasihat dan anjuran berbuat baik, dimulai dengan alhamdulillah.
Berdasarkan hadis riwayat Abu Sa’id al Khudriy: “Dari Abu Sa’id al-Hudriyi
berkata: Bahwa Rasul saw keluar pada hari raya idul fitri dan adha ke
al-Mushala (tanah lapang). Hal pertama yang dilakukan adalah salat. Setelah
selesai beliau berdiri menghadap para jamaah, sementara mereka duduk bersaf,
lalu beliau memberi nasihat, berwasiat dan memerintah mereka. Apabila beliau
hendak berhenti, maka berhenti dan bila memerintah sesuatu, maka langsung
memerintahkannya, kemudian selesai.” (HR. Bukhari).
1. Niat di dalam hati untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Dapat juga dilafalkan dengan membaca Niat shalat idul fitri sebagai berikut.
اُصَلِّى سُنَّةً لِعِيْدِ الفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً ( إِمَامًا | مَأْمُوْمًا ) للهِ تَعَالَى
Saya menyengaja sholat sunnah 'Idul Fithri dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala.2. Membaca takbiratul ihram (الله أكبر) sambil mengangkat kedua tangan.
3. Disunnahkan untuk membaca Doa Iftitah
4. Membaca takbir sebanyak 7 (tujuh) kali (di luar takbiratul ihram) dan di antara tiap takbir itu dianjurkan membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
5. Membaca surah al-Fatihah6. Setelah fatihah rakaat pertama disunahkan membaca Surat Qaf atau surat al-A’la pada rakaat pertama.
7. Selanjutnya Rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud, dengan tumakninah dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti salat biasa.
8. Pada rakaat kedua sebelum membaca al-Fatihah, disunnahkan takbir sebanyak 5 (lima) kali sambil mengangkat tangan, di luar takbir saat berdiri ( takbir qiyam), dan di antara tiap takbir disunnahkan membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
9. Membaca Surah al-Fatihah10. Diteruskan membaca surah yang pendek dari Alquran disunahkan membaca Surat Al Ghasyiah.
11. Selanjutnya Ruku', sujud, dan seterusnya hingga salam.
12. Setelah salam, disunnahkan mendengarkan khutbah Idul Fitri.
13. Khutbah tidak perlu panjang, cukup memenuhi rukunnya: baca Alhamdulillah, Shalawat, baca Ayat al-qur’an, wasiat Taqwa dan berdoa memohon ampunan. Demikian pula khutbah kedua.
14. Jika yakin bahwa seluruh keluarga bebas dari virus, maka boleh bersalaman dan saling memaafkan.
15. Jika orang sendirian tanpa ada teman lain untuk melaksanakan shalat idul fitri, maka cukup dia shalat sendiri seperti shalat idul fitri (dengan 7 takbir di rakaat pertama dan 5 takbir pada rakaat kedua, tanpa ada khutbah).
Semoga bermanfaat...!!!!!!
Sumber: muhammadiyah.co.id
Inews.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar