Sabtu, 18 Februari 2023

Memahami Peristiwa Isra' Mi'raj

Oleh : Winarto
Isra’ mi’raj merupakan peristiwa sangat penting dalam Islam. Karena peristiwa yang terjadi dalam satu malam itu, Nabi Muhammad melakukan perjalanan spiritual bertemu dengan Tuhan, Alloh SWT hingga menerima perintah kewajiban melaksanakan salat 5 waktu. Peristiwa ini disebutkan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur'an:

سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Q.S Al isra: 01). 
Dalam Al-Qur’an, mikraj ini disinggung dalam surat An Najm.

وَلَقَدۡ رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ ١٣ عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ ١٤ عِندَهَا جَنَّةُ ٱلۡمَأۡوَىٰٓ ١٥ إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ ١٦ مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ ١٧ لَقَدۡ رَأَىٰ مِنۡ ءَايَٰتِ رَبِّهِ ٱلۡكُبۡرَىٰٓ ١٨

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS An-Najm: 13-18).

Isra’ secara bahasa berarti perjalanan. Maksudnya, perjalanan pada malam hari yang dilakukan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, dengan menggunakan kendaraan Burak. Penamaan Burak ini karena ia bisa melesat secepat kilat. Dengan menggunakan Burak, Nabi Muhammad berhasil sampai dalam waktu singkat menempuh perjalanan sekitar 1.239 kilometer dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.

Sedangkan Mi’raj berarti naik. Maksudnya perjalanan Rasulullah dari Masjidil Aqsha naik sampai ke langit ketujuh di Sidratul Muntaha dan bertemu Allah serta menerima perintah salat.

Isra Miraj merupakan kejadian agung yang dilalui oleh Rasulullah SAW. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 10 kenabian. Ketika Isra Miraj akan terjadi, Nabi Muhammad SAW berbaring di kamarnya.

Usai melaksanakan shalat ‘Isya pada malam penuh barakah itu, Malaikat Jibril mendatangi Nabi Saw untuk membedah dada beliau, lalu ia mencucinya menggunakan air Zam-am. Kemudian dibawakan bejana emas penuh dengan hikmah dan iman lalu dituangkan ke dada Nabin. Setelah itu, Malaikat Jibril menutup kembali dada Nabi Muhammad saw dan dibawanya naik ke langit.
“Lalu, hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air zam-zam, kemudian dikembalikan ke tempatnya dan memenuhinya dengan iman dan hikmah.” (HR Bukhari)

Setelah itu, didatangkanlah burak yang menjadi kendaraan beliau sewaktu isra. Burak satu akar kata dengan barq yang artinya kilat.
“Didatangkan kepadaku Burak, yakni seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal (bagal), ia meletakkan langkahnya sejauh pandangannya.” (HR Muslim)

Dari Anas Ra, Rasulullah SAW bersabda: “Aku diberi Buraq, yaitu seekor hewan putih yang lebih besar dari himar dan lebih kecil dari bighal. Aku mengendarainya. Dia membawaku hingga sampai ke Baitul-Maqdis. Lalu aku mengikatnya di tempat para nabi menambatkan. Aku masuk ke Baitul-Maqdis dan shalat dua raka’at. Setelah itu aku keluar. Malaikat Jibril menghampiriku dengan membawa satu wadah berisi khamr dan satu wadah berisi susu. Aku memilih susu. Malaikat Jibril berkata: "Engkau telah (memilih) sesuai dengan fithrah, setelah itu, ia membawaku naik ke langit”. Dan dalam riwayat lain dikisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW shalat bersama para nabi sebelum naik ke langit.

Dalam peristiwa mi’raj, Nabi Muhammad naik ke lapisan-lapisan langit dengan ditemani Malaikat Jibril. Di langit pertama, Rasulullah bertemu dengan Nabi Adam. Di langit kedua, beliau bertemu dengan Nabi Yahya bin Zakariya dan Nabi Isa bin Maryam. Kemudian Rasul bertemu Nabi Yusuf di langit ketiga.

Di langit keempat, Nabi Muhammad berjumpa dengan Nabi Idris. Di langit kelima, Rasulullah bertemu Nabi Harun bin Imran. Di langit keenam, Nabi Muhammad berjumpa Nabi Musa bin Imran. Dan di langit ketujuh, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Ibrahim. Semua nabi tersebut menyambut Nabi Muhammad dengan penuh rasa hormat dan mengakui kenabiannya.

Perjalanan Miraj menyimpan berbagai peristiwa yang menakjubkan. Dalam kitab Ad-Dardir Ala Qissatil Miraj, karya Syaikh Abi al-Barakat Ahmad Ad-Dardir, disebutkan bahwa Nabi Muhammad menemui beberapa kejadian janggal yang belum pernah Nabi ketahui sebelumnya.

Di antara kejadian tersebut adalah Rasulullah melihat orang-orang yang sedang bercocok tanam dan langsung memanen hasilnya. Nabi bertanya pada Jibril, “Siapakah mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab, merekalah orang-orang berjihad di jalan Allah sealu beramal sholeh.
Rasulullah kemudian mencium aroma yang sangat harum yang ternyata berasal dari Masyithah dan keluarganya. Masyithah hingga akhir hayatnya tetap teguh iman kepada Allah meskipun ia dan anak-anaknya dimasukkan ke dalam air mendidih.
Selanjutnya Rasulullah menemui suatu kaum yang kepala mereka pecah, setiap kali pecah maka kembali lagi kemudian pecah lagi. Nabi bertanya pada Jibril, “Siapakah mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Mereka adalah orang yang kepalanya berat untuk melaksanakan shalat fardhu.”
Kemudian Nabi menemui suatu kaum yang pada qubul dan dubur mereka ada riqa’ (tambalan yang menutupi qubul dan dubur mereka), kaum tersebut memakan rumput seperti unta dan domba, mereka juga memakan pohon Dhori’ dan Zaqqum. Dhori’ adalah sebuah pohon yang berduri dan busuk hingga binatang pun tidak sanggup memakannya. Adapun Zaqqum adalah tanaman yang sangat pahit dan tidak enak rasanya. Mereka juga memakan batu panas dari neraka Jahanam.
Nabi bertanya kepada malaikat Jibril, “Siapakah mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak mau membayar zakat dan Allah tidak mendzolimi mereka sedikitpun.”

Kemudian Nabi menjumpai kaum yang di hadapan mereka ada sebuah daging yang masak lagi enak dan daging mentah yang busuk. Namun kaum tersebut memilih daging yang busuk dari pada daging yang masak nan baik itu. Nabi bertanya pada Jibril, “Siapakah itu wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Itu adalah gambaran orang-orang yang sudah mempunyai pasangan namun memilih selingkuh dengan orang lain.”

Kemudian Nabi menemui sebuah kayu yang ada di jalan. Setiap orang yang berjalan melewati kayu tersebut akan terbakar pakaian dan tubuhnya. Nabi bertanya pada Jibril, “Ada apa ini wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Itu adalah perumpamaan suatu kaum diantara umatmu yang duduk nongkrong di jalan dan mencegah orang beriman menuju ke jalan Allah SWT.”
Kemudian Nabi melihat seorang yang berenang dalam sungai yang penuh darah orang yang dilempari batu, Nabi bertanya “Siapakah itu Jibril?” Jibril menjawab,” Mereka adalah orang yang memakan riba”.

Kemudian Nabi menjumpai kaum yang lidah dan mulut mereka dipotong dengan gunting besi, setelah dipotong lidahnya kembali kemudian dipotong lagi. Nabi bertanya, “Siapakah itu wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Mereka itu adalah para penceramah yang suka mengfitnah saat berpidato dan mereka tidak melakukan apa yang sampaikan sendiri.”

Kemudian Nabi menjumpai kaum yang mempunyai kuku panjang yang terbuat dari tembaga, kemudian mencakar wajah dan tubuhnya sendiri dengan kuku tersebut. Nabi heran dan bertanya pada Jibril, “Siapakah itu wahai Jibril?” Jibril menjawab,” Mereka adalah orang-orang yang suka menghibah orang lain kemudian meletakkan pada tubuhnya sendiri”

Nabi Muhammad Bertemu dengan Allah, dan menerima perintah SHOLAT
Dalam pertemuan Nabi Muhammad dengan Allah, dia menerima perintah melaksanakan kewajiban menjalankan salat. Saking pentingnya ibadah ini, Allah langsung mengundang Nabi Muhammad untuk menemuinya dan menerima kewajiban salat 5 kali dalam sehari semalam.
Sebelum diputuskan secara final 5 kali, kewajiban melaksanakan salat awalnya 50 kali. Namun ketika Nabi turun bertemu Nabi Musa, Rasulullah dimintanya kembali menghadap Allah. Nabi Musa yakin betul umat Muhammad tidak akan mampu menjalankan ibadah salat 50 kali.
Nabi Muhammad pun kembali menghadap Allah untuk meminta keringanan. Allah mengabulkan dan menguranginya menjadi 40 kali. Saat turun, Rasulullah kembali bertemu Nabi Musa dan diminta untuk kembali meminta keringanan. Nabi Musa yakin umat Muhammad tidak akan mampu menjalaninya berkaca pada umatnya. Momen itu terjadi berkali-kali sampai akhirnya ibadah salat hanya 5 kali bagi umat Muhammad.

Semoga bermanfaat !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Lima Perkara Yang Tidak Boleh Ditunda Tunda

Oleh: Winarto Setiap manusia memiliki takdir kematian yang tidak mengenal usia muda ataupun tua. Tidak pula mengenal jenis kelamin baik pere...