Rabu, 06 November 2019

Pembelajaran Berbasis HOTS

Ditulis Oleh: Winarto
Terdapat beberapa model Pembelajaran beserta sintaknya yang dikembangkan oleh para ahli, secara umum model-model Pembelajaran ini sudah mengarahkan pembekalan HOTS. Model Pembelajaran yang dibahas dalam dokumen ini adalah sebagai berikut.
Pembelajaran Teaching Factory
Model pembelajaran Teaching Factory (Tefa} adalah model pembelajaran yang bernuansa industri melalui sinergi SMK/MAK dengan dunia usaha/industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan pasar. Model pembelajaran ini dirancang dan dilaksanakan dengan mengaitkan Kompetensi Dasar dalam dokumen kurikulum dengan jenis produksi yang dihasilkan baik berupa barang dan ataupun jasa yang dibutuhkan oleh DUDI dan masyarakat pada umumnya. Pembelajaran melibatkan siswa secara langsung dan menyeluruh dalam proses produksi yang dilaksanakan di ruang praktik/bengkel/lahan atau tempat lain yang telah dikondisikan mendekati situasi dan suasana tempat kerja yang sesungguhnya, menyangkut: waktu, prosedur, dan cara/aturan sesuai standar DUDI.
Perencanaan, pembuatan, dan pengembangan jenis produksi diselenggarakan berdasarkan kemitraan antara SMK dan DUDI terutama yang berada di sekitarnya atau wilayahnya, mulai dari menetapkan dan atau inovasi produk (barang/jasa), menyiapkan perangkat pembelajaran, mengondisikan ruang praktik/bengkel/lahan dan lingkungan, proses dan evaluasi pembelajaran serta pemanfaatan produk dan lulusan.
Tujuan Tefa
1. Menciptakan sinergi dan integrasi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran muatan Nasional, Kewilayahan, dan Kejuruan untuk menunjang penguasaan kompetensi lulusan;
2.   Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengantaran soft skills dan hard skills kepada peserta didik;
3. Meningkatkan kolaborasi dengan DUDI melalui penyelarasan kurikulum, penyediaan instruktur, alih pengetahuan/teknologi, internalisasi standar dan budaya kerja DUDI;
4.   Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan melalui interaksi dengan DUDI;
5.   Mendorong lahirnya perubahan paradigma pembelajaran dan budaya kerja di SMK.

Sintak model pembelajaran Tefa
1.     Merancang produk;
2.     Membuat contoh produk (proto type);
3.     Memvalidasi proto type;
4.     Mengorganisasikan pekerjaan/pembelajaran;
5.     Menjadwalkan pekerjaan/pembelajaran (Misal: sistem blok);
6.     Melaksanakan produksi/pembelajaran;
7.     Mengevaluasi hasil produksi;
8.     Memasarkan hasil produksi.

Pembelajaran Berbasis Penyingkapan (Discovery Learning)
Model pembelajaran Discovery Based Learning mengarahkan peserta didik untuk memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Penemuan konsep tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dan dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau mengkonstruksi apa yang mereka ketahui dan pahami dalam suatu bentuk akhir.
Hal tersebut terjadi bila peserta didik terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery Based Learning dilakukan melalui percobaan, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferring. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating conceps and principles in the mind.
Tujuan mengaplikasikan model discovery learning adalah sebagai berikut:
1.     Meningkatkan Kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran
2.     Peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak
3.     Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan
4.   Membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi serta mendengarkan dan menggunakan ide-ide orang lain
5.     Meningkatkan Keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang lebih bermakna
6.     Dapat mentransfer keterampilan yang dibentuk dalam situasi belajar penemuan ke dalam aktivitas situasi belajar yang baru

Sintak model Discovery Based Learning
Dalam mengintegrasikan metode Discovery Based Learning kedalam pendekatan saintifik, beberapa pemahaman tentang setiap sintak secara umum sebagai berikut:
1)   Stimulation (stimulasi/ pemberian rangsangan)
Pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan keraguan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan penyelesaian masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik untuk melakukan eksplorasi. Dalam hal memberikan stimulasi dapat menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan peserta didik pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
2)   Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah melakukan stimulasi, langkah selanjutnya yang dilakukan guru adalah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian pilih salah satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun pemahaman peserta didik agar terbiasa untuk menemukan masalah.
3)   Data collection (pengumpulan data)
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan hipotesis, dengan memberi kesempatan peserta didik mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Pada tahap ini,  pesertadidik secara aktif berusaha menjawab permasalahan yang dihadapi.
4)   Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah, mengklasifikasi, dan mentabulasi data/informasi yang telah diperoleh para peserta didik. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5)   Verification (pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik membuktikan hipotesis yang sudah dikembangkan dengan temuan hasil data yang telah diolah. Proses verifikasi dapat berjalan dengan baik jika guru pada kegiatan sebelumnya memberikan peluang kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman.
6)   Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Pembelajaran Berbasis Problem (Problem Based Learning/PBL)
Problem Based Learning (PBL) adalah metode pengajaran dengan konteks permasalahan nyata sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis, keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan.
Sintak Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
1.     Orientasi peserta didik terhadap masalah
Pada tahap ini, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, kegiatan yang akan dilakukan, dan permasalahan yang akan dibahas serta bentuk penilaian yang akan dilakukan. Tahapan ini memerlukan usaha keras dari guru memotivasi peserta didik untuk aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih.
2.   Mengorganisasikan peserta didik
Pada tahap ini, guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang telah diorientasi, misalnya membantu peserta didik membentuk kelompok kecil, membantu peserta didik membaca masalah yang ditemukan pada tahap sebelumnya, kemudian mencoba untuk membuat hipotesis atas masalah yang ditemukan tersebut..
3.   Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Pada tahap ini, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, melaksanakan eksperimen, menciptakan dan membagikan ide mereka sendiri untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4.   Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam menganalisis data yang telah terkumpul pada tahap sebelumnya, kemudian mengelompokkan berdasarkan kategori. Peserta didik memberi argumen terhadap jawaban pemecahan masalah. Penyajian hasil karya bisa dibuat dalam bentuk laporan, video, atau model.
5.   Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Guru dan peserta didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap pemecahan masalah yang dipresentasikan setiap kelompok.

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode pembelajaran yang berfokus pada siswa dalam kegiatan pemecahan masalah terkait dengan Proyek dan tugas-tugas bermakna lainnya. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat memberi peluang pada siswa untuk bekerja, mengkonstruk tugas yang diberikan guru yang pada puncaknya dapat menghasilkan produk karya siswa.
Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut.
1)    Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran;
2)    Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah proyek;
3)    Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa;
4)  Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas/proyek; dan
5)    Meningkatkan kolaborasi siswa khususnya pada Pembelajaran Ber basis Proyek yang bersifat kelompok.

Sintak Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) sebagai berikut.
1)    Penentuan pertanyaan mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
2)    Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project).
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan  demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta  mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
3)    Menyusun jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (a) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (b) membuat deadline penyelesaian proyek, (c) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (d) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (e) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4)    Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang  penting.
5)    Menguji hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6)    Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Tabel . Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek
Sintak
Deskripsi
Langkah -1
Penentuan projek
Guru bersama dengan peserta didik menentukan tema/topik projek
Langkah -2
Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek
Guru memfasilitasi Peserta didik untuk merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek beserta pengelolaannya
Langkah -3
Penyusunan jadwal pelaksanaan projek
Guru memberikan pendampingan kepada peserta didik melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya
Langkah -4
Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru
Guru memfasilitasi dan memonitor  peserta didik dalam melaksanakan  rancangan projek yang telah dibuat
Langkah -5
Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek
Guru memfasilitasi Peserta didik untuk mempre-sentasikan dan mempublikasikan hasil karya
Langkah -6
Evaluasi proses dan hasil projek
Guru dan peserta didik pada akhir proses pembe-lajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek

Sumber: DIrjen Dikdasmen Kemendikbud, 2019


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Lima Perkara Yang Tidak Boleh Ditunda Tunda

Oleh: Winarto Setiap manusia memiliki takdir kematian yang tidak mengenal usia muda ataupun tua. Tidak pula mengenal jenis kelamin baik pere...